zwani.com myspace graphic comments

yang punya blog


Ceritanya orang tua dulu, aku terlahir sebagai anak laki-laki yang di masa balita rentan dengan sakit, sehingga sering dicekoki dengan obat. Entah dikarenakan kebanyakan obat itu, sejak seusia Sekolah Dasar hingga saat ini justru punya phisik yang kuat dan jarang sakit.


Mendapat pendamping hidup seorang perempuan yang cantik Romatiur Pakpahan, dan sekarang dikaruniakan 3 orang anak yang sehat. Yang sulung Nalom, seorang anak laki-laki dan sekarang sudah berumur 10 tahun dan sudah bersekolah di SD Bahtera Hayat kelas 3. Yang nomor dua Joel, juga seorang anak laki-laki yang saat ini berumur 5 tahun, dan yang buntut Netha, adalah seorang putri yang pada akhir juni nanti akan berumur 4 tahun.


Keluarga kami yang kecil dan bahagia ini bertempat tinggal di Perumahan Taman Batu Aji Indah, Blk. AZ No.5, Kelurahan Sagulung kota, Kecamatan Sagulung (dulunya masuk dalam kecamatan Sei Beduk).


Pendidikan dan Pekerjaan

Dari sejak sekolah dasar sampai ke jenjang D3 (Politeknik) dilewatkan disekolah milik pemerintah (negeri), maklum orang tua dari kalangan orang tak berpunya.

Sekolah dasar dilewati dengan waktu tempuh yang normal (maksudnya 6 tahun) di SD Inpres 124395. Sekolah ini tepat di samping rumah, sehingga gak perlu jauh-jauh berjalan kaki seperti cerita orang-orang tua dulu, yang harus berlelah-lelah pergi pulang sekolah.

Banyak kenangan manis yang masih bisa diingat dimasa-masa ini, wlaupun sudah teramat banyak yang tak dapat lagi diingat. Nama-nama teman satu kelas (hanya ada satu kelas di grade satu ini) pun sudah tak lagi ku ingat, hanya segelintir nama saja yang masih ku ingat, padahal jumlah kami dalam satu kelas itu ada 40 orang. Sebut saja beberapa nama yang masih aku ingat: Suhardi, ini adalah cowok sainganku dalam merebut juara di kelas, sayang semenjak lulus SD tak pernah lagi kulihat batang hidungnya, Rianti Anita Aritonang (wah..yg ini bisa ingat namanya komplit ya..) anak bu kepsek yang hitam manis ini memang sering jadi incaran para bocah ingusan seperti kami waktu itu, orangnya juga pintar dan sering juga menjadi rival antara aku dan Suhardi, sampai di SMP aku dan Rianti bersekolah di Sekolah yang sama dan di kelas yang sama. Cukup akrab denganku karena mungkin punya persamaan nasib, karena setiap pelajaran agama maka kami berdua akan keluar berhubung tidak ada guru yang mengajar agama kristen waktu itu, juga kami sama-sama batak kali ya. Ya maklumlah sekolah kami ini terletak di kampung Melayu yang waktu itu hampir 98% adalah muslim. Trus ada Budi, Abdul Hakim Siregar, Sri Rahayu, Vera, Supardi, ah ternyata cuma segitu doang yang bisa aku ingat namanya. Ohya ada juga 2 orang anak perempuan Tionghoa yang satu namanya Bety, yang satu lagi kalau tak salah ingat namanya Mei Lingling Hua.

Lulus dari sekolah dasar dengan nilai yang lumyan baik (gue gak mau bilang yang terbaik, karena ternyata setelah masuk di smp nilai ku itu gak tinggi-tinggi bangat, hanya masuk level middle lah..) guru-guruku merekomendasikan aku masuk ke SMPN 7, waktu itu SMP ini mejadi rival terberat bagi SMPN-1 yang menjadi sekolah favorit pada waktu itu. Tiga tahun menuntut ilmu di sekolah ini prestasi aku juga lumayan, walau gak pernah jadi rangking terbaik namun 3 besar di kelas masih lah.. Nama-nama teman satu kelas selama di SMP ini pun banyak yang sudah lupa, sebut saja beberapa nama yang masih aku ingat, Rianti (yang ini sejak SD satu sekolah dan satu kelas dengan aku), Darma Hadi Kusuma, Chandra, Pintor, Martha Ulina Sigalingging, Nurwinten Panggabean (sicewek batak bermata sipit kayak orang Tionghoa), Rosmawati Purba, Duma Siahaan, Norton, Tua Simbolon, beberapa nama teman cowok yang batak tak lagi bisa kuingat walaupun rekam wajahnya masih bisa jelas ku ingat, trus ada Sugiarto cowok jawa yang sangat dekat dengan aku. Mulai dari kelas 1 sampai di kelas 3 aku selalu sebangku dengan priyayi satu ini. Bahkan sangkin akrabnya aku dengan dia, aku digelari teman-teman SMA ku si Jawa, itu dikarenakan logat bicaraku bisa mirip dengan logatnya orang jawa. Di SMP ini ada perimbangan jumlah murid yang beragama islam dan yang beragama Kristen. Sehingga pluralitas benar-benar sangat terjaga di sekolah ini. Walaupun para guru di sekolah ini mayoritas orang batak dan kristen, namun mereka memperlakukan murid dengan sama. Perhatian mereka dalam mengajar betul-betul dipersembahkan untuk kemajuan anak didik. Salut untuk para guru disekolahku ini.

Ibadah Tahun baru kemarin aku bertemu dengan wali kelasku waktu kelas 1, Bapak JM Malau di gereja HKBP Martoba P. Siantar, beliau salah seorang Sintua senior di gereja itu (sudah 21 tahun beliau menjadi sintua, aku ingat karena waktu dia diangkat jadi sintua masa itu dia menjadi wali kelas kami). Aku salam dia dan aku perkenalkan diriku, namun beliau tak mampu lagi mengingat siapa aku, Dia bilang sudah terlalu lama dan terlalu banyak murid-muridnya, jadi tak lagi bisa mengingatnya satu persatu. Ah...dia adalah guru yang suka bikin humor, mata pelajaran yang diajarkannya adalah Seni khusunya musik. Dulu sewaktu beliau memperkenalkan diri kepada kami murid-muridnya, dia mengatakan namanya adalah akronim dari Jago Main, sehingga para murid lebih mengenal poyokan namanya si Jago Main.


Pendidikan SMA aku dapatkan di SMAN-1 P. Siantar. Sekolah yang berada di sebelah areal pekuburan kristen ini memberikan banyak kenangan indah bagiku. Pelajaran eksak yang tidak aku sukai waktu di SMP, justru kebalikannya di bangku SMA ini malah menjadi mata pelajaran favorit aku. Semenjak kelas 1, mata pelajaran yang ditakuti banyak murid seperti, Matematika, Fisika, dan Kimia justru menjadi mata pelajaran favorit bagi aku, aku sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk bisa memahaminya.

Hanya sayang, dikarenakan Guru Fisika nya terkenal Killer, angkuh, dingin dan seenaknya aja mau menang sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk tidak mengambil jurus Fisika (A1) namun mengambil jurusan Biologi (A2). Di jurusan Biologi ini mata pelajaran yang paling tidak aku suka justru pelajaran Biologi dan Bahasa Inggris. Pelajaran yang mengharuskan menghapal nama-nama dalam bahasa latin paling aku hindari, aku lebih suka dengan yang berbau rumus-rumus dan hitungan. Pokoknya setiap ada PR Mate-matika, Fisika dan Kmia, maka aku adalah cowok yang paling dinanti-nanti teman sekelas setiap pagi harinya, mulai dari cewek yang canti-cantik dan manis sampai dengan cowok yang badung-badung semuanya akan berebut tas butut yang aku bawa, trus langsung deh PR yang sudah aku kerjakan jadi dikerubutin. Pada masa ini juga kami satu kelas selalu kompak, bila ada niatan untuk cabut maka semuanya akan cabut dari mata pelajaran, terus akan lari ke rumah teman yang ada di pelosok persawahan Marihat sana. Kalau ditanya sama ortunya, maka jawaban seperti: Gurunya lagi sakit dan kami disuruh pulang dari pada bikin ribut , menjadi andalan kami. Nah di rumahnya ini, kami suka ngambil Ubi/singkong, trus dimasak dan dimakan. Kadang kami bikin kolak, kadang digoreng, dan lain waktu cuma dibakar doang. Namun kebersamaan pada saat itu ah...tak terlupakan. Walaupun pada keesokharinya kami satu kelas distrap atau dihukum bersihin toilet, tapi kami gak jera-jera juga. Sebut saja beberapa teman yang masih aku ingat namanya seperti, Lisda, Lala, Kartika, Uli, Agustin, Amin, Bisman, Togar Sianturi, Fransiskus, Justin Naiborhu, Raden Sitinjak, Mangindo, Royal, Andi Purba (rumahnya menjadi markas kalau kami cabut dari sekolah), Saor, Eduard Siahaan (rumahnya yang di Balata juga menjadi salah satu markas kalau kami lagi pengen bolos), Lenni, Marlina, Helen. Dan ada beberapa teman lagi yang tak lagi bisa kuingat namanya. Akhirnya kebersamaan itu harus direnggutkan dari kami, walaupun kami sering menyayikan lagu Kemesraannya Iwan Fals. Masa di SMA harus diakhiri oleh kelulusan. Dan aku memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Politeknik. Sebenarnya aku berniat untuk ambil Fakultas kedokteran dan Fakultas Teknik, namun karena keadaan ekonomi yang tak mendukung, akhirnya aku memilih Pendidikan D3. Satu satunya Politeknik Negeri yang penyaringan murid barunya harus lewat UMPTN adalah Politeknik USU (walaupun kami lebih bangga mengatakan Politeknik Medan dibanding Politeknik USU). UMPTN aku ikuti dengan optimis yang tinggi. Aku sangat yakin bahwa aku bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri ini. Berbekal Bimbel yang aku ikuti semenjak Kelas 2 SMA, akupun akhirnya lulus dan diterima di Politeknik Medan. Masa orientasi di Polteknik Medan pada saat itu adalah masa yang tak mudah dilupakan. Orientasi ala semi militer harus kami hadapi sebagai bekal latihan militer yang nantinya akan diadakan pada awal semester-3. Orientasi dimulai jam 5 pagi, namun para senior yang memimpin malah sudah stand by sejak jam 3 pagi di kampus. Fisik kami dilatih dengan berlari, jalan jongkok, menyeberangi kolam, menyusuri parit, push up, sit up, dijemur di terik matahari dan lain sebagainya latihan fisik dan latihan baris berbaris ala militer. Makan siang yang hanya dalam hitungan 10-20 detik juga harus kami alami. Banyak siswa yang gak kuat menghadapinya terutama para siswa dari kalang orang berada dan manja. Namun kami merasakan bahwa masa itu adalah salah satu kenangan terindah selama di politeknik. Mahasiswa Politeknik juga sangat akrab dengan istilah kompen dan korsa. Kompen maksudnya adalah kompensasi, yaitu akumulasi dari setiap keterlambatan masuk kelas dan ketidak hadiran selama satu semester dan dihitungkan nantinya pada liburan semester sebagai hukuman yang harus dijalani setiap mahasiswa. Tak ada mahasiswa Politeknik yang terlepas dari hukuman kompensasi ini (sepertinya menjadi semacam bukti pengesah bahwa dia adalah mahasiswa Poltek), ada yang harus membersihkan toilet, ada yang harus mmbersiha lab, ada yang harus ngecat gedung/kelas, ada yang bantuin dosen pengajar dalam tugas/proyek, macamlah bentuk hukumannya. Korsa adalah semangat kebersamaan, sepenanggungan. Sampai-sampai tugas mata kuliahpun, di korsain...ha..ha..

Masa TA (tugas akhir) adalah masa yang paling mendebarkan bagi setiap mahasiswa Poltek. Karena masa inilah yang menentukan kelulusannya. Tugas akhir bisa berupa skripsi PKL, atau pembuatan proyek/modul. Dimasa TA ini banyak lowongan kerja dari perusahaan-perusahaan datang ke kampus. Akupun mengikuti salah satu test lowongan kerja di kampus pada masa ini. Seingatku hanya ada dua test lowongan yang aku ikuti, Keduanya Perusahaan dari Batam yang beroperasi di Kawasan Muka Kuning Batam, PT. NatSteel Electronic, dan PT. Astra. Test dari PT NatSteel yang lebih dulu. Dari sekian ratus mahasiswa yang mengikuti, akhirnya ada sekitar 20 an orang yg lulus. Satu harian itu aku harus ikut test seleksi. Setelah pada test tertulis aku lulus, sebenarnya aku ragu untuk mengikutinya lagi, masalahnya aku sudah pulang ke tempat kostan aku. Namun teman memaksa dan mengajak aku untuk terus ikut. Akhirnya walaupun terlambat datang di sore harinya, kami masih diperbolehkan untuk ikut test berikutnya. Dan minggu depannya namaku dan temanku Erikson terantum sebagai orang yang lulus dalam test lowongan kerja tersebut. Namun berhubung karena TA dan sidang TA belum selesai maka kami diberi kesempatan untuk menyelesaikannya. Setelah TA dan Sidang TA selesai, rombongan kami yang lulus sudah dipersiapkan Ticket Peswat untuk terbang ke Batam. Dan akhirnya aku dan rombongan temanku pun berangkat. Sebulan bekerja di NatSteel, kami mengambil ijin pulang untuk mengikuti Wisuda di Auditorium USU. Itulah perjalanan Pendidikanku sampai akhirnya aku terdampar di Pulau Batam ini.

Di PT. Labtech ini aku bergabung sejak Agustus 2004 hingga saat ini. Bekerja di dunian yang tak jauh dari dunia pendidikan. Perusahaan ini bergerak dalam pengadaan alat-alat praktek (workshop) pendidikan. Untuk lebih detailnya silahkan melihat-lihat di tautan http://www.labtech.org



Tidak ada komentar:

Posting Komentar